Oleh: Ikadewi Retnosari
Kota Semarang memiliki tinggalan era kolonial yang sangat banyak dan menarik, sayangnya tidak semua bisa terpelihara dengan baik dan akhirnya rusak ditelan jaman. Salah satu tulisan menarik dari Ryan Damma tentang Menara Sleko/ KLEINE BOOM EN UITKIJK
Perseroan dagang Belanda atau yang kerap disebut dengan VOC pada tahun 1677 menerima penyerahan wilayah pantai utara dan wilayah pedalaman Mataram sebagai balas jasa atas pemadaman pemberontakan Trunojoyo di Kaligawe Semarang. Pada masa kolonial, perdagangan Kota Semarang berada di kali Semarang yang berdampingan dengan kawasan Kota Lama. Kapal barang yang berlayar bisa memasuki kota melalui Kali Semarang. Hal ini terlihat dari salah satu bangunan yang tersisa pada masa tersebut ialah Menara Syahbandar Sleko.
Menara yang dibangun pada pertengahan abad ke 18 ini tepat berada di tepi kali Semarang. Bangunan ini diberi nama Kleine Boom en Uitkijk, sedangkan orang-orang menyebutnya Menara Sleko. Kata Sleko diadopsi dari Bahasa Belanda yang berarti gerbang kota yang menghubungkan dengan pelayaran ke luar Semarang. Dari sinilah ditetapkannya 0 (nol) kilometer Kota Semarang. Meskipun keberadaan titik penandanya jarang diperhatikan orang.
Bangunan Menara Sleko yang terdiri atas susunan masa empat kubus ini, berfungsi sebagai pelabuhan kecil yang dilengkapi sebagai menara pandang untuk mengatur bongkar muat pedagang kecil. Selain itu, bangunan yang dilengkapi gardu pandang ini mempunyai halaman untuk istirahat para pedagang. Dahulu kapal-kapal yang hendak masuk ke Kota Semarang harus mendapat izin dari Menara Sleko. Di menara inilah, retribusi ditarik dari para pedagang yang masuk ke Kota Semarang. Dimana pada saat itu transportasi sungai masih sangat berperan untuk membawa kebutuhan sehari-hari dan barang perdagangan dari pedalaman. Para pedagang ini pun berjualan kebutuhan sehari-hari untuk masyarakat Kota Semarang, terutama perdagangan makanan untuk memasok kebutuhan Pasar Johar.
Seperti yang termuat dalam Ports Cities of The World 1925, Kalibaroe di kawasan Boom Lama pada abad ke-18 dipenuhi dengan kapal-kapal tongkang pengangkut barang dagangan dari pedalaman, untuk diangkut ke kapal-kapal besar di lepas pantai. Di Kalibaroe ke pelabuhan telah dilengkapi jembatan gantung yang dapat diangkat, bila perahu besar akan lewat. Di bawah kekuasaan kolonial, Semarang dulu menjadi pusat perdagangan dan perindustrian lengkap dengan pelabuhan terbesar di Jawa, perkantoran dan perkembangan kota yang modern kala Sleko
Posting Komentar