Oleh Agustinus Mahuze (Mahuze Mandiri-Merauke)
Orang Kanum menyebut dirinya sebagai penjaga perbatasan. Hal itu dikarenakan wilayah tinggalnya berada di Kabupaten Merauke, perbatasan Indonesia dan Papua Nugini. Mayoritas Orang Kanum mendiami daerah Yakiuw RT III atau dikenal sebagai Rawa Biru yang merupakan wilayah konservasi ketahanan budaya dan pengetahuan lokal masyarakat yang masih kuat. Untuk menuju ke tempat tinggal mereka dapat menggunakan transportasi darat, namun perlu diingat bahwa pada musim penghujan jalanan di wilayah tersebut rusak parah sehingga rawan terjadi kecelakaan.
Orang Kanum atau Suku Kanum terdiri atas beberapa etnis, antara lain Kanum Badi, Kanum Barkari, Kanum Smarky, Kanum Tamerkar, dan Kanum Nggolmbu. Pembedaan sub etnis tersebut didasarkan atas perbedaan bahasa Ibu. Sub etnis Kanum Badi mendiami Kampung Onggaya. Sub etnis Kanum Barkari berdiam di sekitar Kondo. Adapun sub etnis Kanum Smarky, Tamerkar, dan Nggolmbu mendiami area perbatasan negara seperti Tomer dan Tomerau.
Beralih ke wilayah yang lebih dekat dengan Kota Merauke, kita akan menjumpai Suku Marori yang tinggal di pinggiran kota. Mereka juga seperti Suku Kanum, terdiri atas beberapa sub etnis seperti Menggey, Kiori, dan Namla. Pembagian tersebut juga didasarkan atas perbedaan bahasa ibu yang digunakan.
Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi antarmanusia. Selain itu, bahasa menjadi salah satu unsur kebudayaan yang universal, wujud intelektualitas, karya seni, hingga identitas kemartabatan suatu kelompok. Bahasa bukan lah produk budaya yang akan terbentuk dalam satu malam, melainkan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Oleh karena itu, bahasa menjadi aset berharga yang harus dijaga oleh penuturnya. Apabila bahasa terancam kelestariannya, maka terdapat satu unsur identitas penting yang akan hilang dari suatu kelompok masyarakat. Hal itulah yang perlu ditekankan pada Suku Kanum dan Maori.
Suku Kanum dan Marori memiliki permasalahan yang sama, yaitu jumlah anggota suku yang semakin berkurang dan ancaman kelestarian bahasa mereka. Suku Kanum memiliki jumlah yang lebih banyak daripada suku Marori. Suku Kanum mendiami beberapa distrik yang mayoritas merupakan anggota keluarga besar. Adapun Suku Marori hanya terdiri atas beberapa keluarga saja.
Apabila semakin lama jumlah Suku Kanum dan Marori semakin berkurang, maka Indonesia akan kehilangan lagi beberapa bahasa daerahnya. Padahal, data labbineka.kemdikbud.go.id menunjukkan terdapat 718 bahasa daerah di Indonesia dan menjadikan negara kita sebagai pemilik bahasa derah terbanyak kedua di dunia setelah Papua Nugini. Untuk mengantisipasi hal tersebut, sangat dibutuhkan sinergitas dari berbagai pihak, seperti masyarakat, pemerintah, dan akademisi untuk saling bahu-membahu menyelamatkan bahasa kedua suku tersebut dari ancaman kepunahan.
Posting Komentar