Dalam laman
Museum Jakarta pada artikel Museum Taman Prasasti, dijelaskan pula bahwasanya
nisan, prasasti atau tugu peringatan, kereta jenazah dan peti jenazah yang ada
di areal museum terbuka ini dibagi dalam beberapa areal. Areal pertama ketika
memasuki museum ini adalah Area J, di area museum ini terdapat makam pualam
yang mana mempunyai hiasan sebuah buku, dan nisan tesebut merupakan milik
Dr.H.F.Roll. Beliau ini merupakan seorang pendiri sebuah sekolah dokter pada
masa Hindia Belanda yang terbilang sangat terkenal, yaitu School Tot Opleiding Ban Inlandsche Artsen, dan biasanya dikenal
dengan STOVIA. STOVIA ini sendiri juga menjadi sebuah cikal bakal dari Fakultas
kedokteran di Universitas Indonesia. Kemudian pada area agak sudut, terdapat
dua buah peti jenazah yang mana disimpan di dalam sebuah kotak mika transparan.
Peti jenazah tersebut dulunya digunakan untuk membawa jenazah Ir. Soekarno dan
juga Drs. Mohammad Hatta. Dan karena keduanya muslim, maka peti jenazah
tersebut tidak ikut dikuburkan.
|
Peti Jenazah Soekarno dan Hatta (Pebby Ade Liana dalam laman hhtps://jakarta.tribunnews.com/)
|
Pada area G terdapat replika tembok peringatan Pieter Erberveld, sedangkan yang aslinya berada di kampung Pecah Kulit, Jakarta Barat. Pieter Erberveld sendiri adalah seorang keturunan dari Belanda-Siam dimana memiliki rencana untuk berontak serta melakukan makar di pemerintahan Hindia Belanda, dengan cara menggalang dukungan kaum pribumi. Namun sayang, rencananya tersebut diketahui sehingga dirinya ditangkap kemudian dihukum mati dengan kedua tangan dan juga kakinya ditarik 4 ekor kuda. Pada atas tembok tersebut dulunya ditancapkan penggalan dari kepala Pieter kemudian di dindingnya dipasang prasasti dengan bahasa Belanda dan bahasa Jawa dengan aksara Hanacaraka untuk mengingatkan pula kaum pribumi hukuman bagi para pemberontak. Sedangkan pada belakang Area G ini terdapat sebuah patung Pastur Herikus Van Der Grinten yang mana berdiri pada atas tugu yang berwarna cokelat. Dirinya merupakan seorang pastur ternama (pada masanya) di Batavia, serta sangat disayangi banyak orang karena memiliki jiwa kemanusiaan yang tinggi.
|
Tembok dengan prasasti peringatan Pieter Erberveld (Cahyu Cantika Amirant dalam laman https://megapolitan.kompas.com) |
|
Patung Pastur Herikus Van Der (Dokumentasi Achmad Rofi'udin)
|
Area
berikutnya adalah area I, dulunya Museum yang memang merupakan sebuah
pemakaman, tetapi untuk sekarang ini jenazah – jenazah yang dikuburkan sudah
dipindahkan serta disebar ke beberapa pemakaman yang lainnya. Bebeapa tulang
jenazah tersebut sementara disimpan pada bangunan, dan bangunan tersebut
disebut dengan Rumah Tulang. Bangunan Rumah Tulang pada dasarnya merupakan
sebuah makam keluarga dari A.J.W Van Delden, yang merupakan seorang juru tulis
di Indonesia Timur dan juga pernah menjabat sebagai ketua perdagangan VOC. Menurut
informasi yang memang masih simpang siur, karena terdapat makam yang di atasnya
terdapat pohon yang sangat besar, maka tidak bisa dibongkar. Sesuatu yang
menarik dari nisan ini, konon dipercaya masih menyimpan dari jenazah Kapiten
Jas, dimana makamnya tersebut diyakini dapat memberikan kesuburan, kemakmuran,
kebahagiaan dan juga keselamatan.
Area
selanjutnya adalah area H, di area ini terdapat sebuah nisan sederhana yang
merupakan milik seorang arsitek yang berkebangsaan Belanda yang bernama Marius
J.Hulswit. Selain itu juga terdapat beberapa patung bidadari dan malaikat kudus.
Kemudian juga terdapat batu nisan yang mana dibangun di atas pondasi dengan
bentuk segi delapan, nisan tersebut milik Olivia Mariamne Raffless yang
merupakan istri dari Gubernur Jenderal Thomas Stamford Raffless yang juga
merupakan pendiri Kebun Raya Bogor. Adapula nisan milik Elisabeth Adriane
Roseboom yang merupakan istri Jeremias Schill yang dulunya merupakan pemilik
Sekolah Santa Maria. Terdapat pula nisan dengan ukuran yang cukup lebar, yang
merupakan milik Marisa, dimana merupakan seorang wanita yang berasal dari suku
Jawa dan dinikahi A.Schultheiss. Nisan tersebut dibuat untuk mengingat jika
masa itu sebagian besar wanita pribumi hanya dijadikan sebagai simpanan.
Tak kalah
menarik pada area D terdapat juga nisan yang berbentuk seperti katedral
berwarna hijau yang menjulang tinggi. Nisan ini dibuat untuk Panglima Perang
bernama J. J. Pierrie karena jasanya yang dianggap besar oleh pemerintah
Batavia saat itu. Disekitarnya pula ada malaikat pengiring yang menjaga makam
tersebut. Tidak jauh dari makam Pierrie ada pula batu nisan lain yang terlihat
besar dan megah. Nisan yang tak kalah unik adalah nisan dari Dr. Jan Laurens
Andries Brandes seorang filolog dan leksikografer berkebangsaan Belanda. Beliau
lah yang menjadi pelopor berdirinya Balai Arkeologi Indonesia. Bentuknya yang
agak lain dengan nisan lainnya yang bergaya eropa dengan pilar putih, batu pualam,
patung malaikat, tugu perunggu atau hanya prasasti batu yang rata tanah dengan
tulisan bebahasa Eropa, nisan dari arkeolog ternama ini berbentuk seperti candi
jawa berbahan batu andesit dengan ukiran sulur dan bentuknya yang menyerupai
stupa. Pilar yang berada diatas nisan ini dibuat patah, konon hal ini
mengartikan bahwa Brandes masih memiliki urusan atau keinginan yang belum
tercapai.
|
Nisan Makam Dr. Jan Laurens Andries Brandes (Yacob dalam laman http://yacob-ivan.blogspot.com) |
|
Nisan Makam J. J. Pierrie (Ichsan Emrald Alamsyah dalam laman https://www.republika.co.id)
|
Tokoh
Indonesia pun terdapat batu nisannya di Museum ini. Mereka adalah Soe Hok Gie
dan Misreboet. Di arah pintu masuk awal sebelum keluar, ada sebuah prasasti berbahasa
Belanda yang bertuliskan “zoals je nu
bent, zoals ik vroeger was. Zoals ik nu ben, zo zal jij zijn” yang memiliki
arti "Seperti Anda sekarang, demikianlah aku sebelumnya. Seperti aku
sekarang, demikianlah juga Anda kelak".
|
Nisan Makam Soe Hok Gie (Dokumentasi Nur Ramadhani Abdillah)
|
Rujukan
Handayani, Rosaeny. 2009. “Bentuk-Bentuk Nisan di Museum Taman Prasasti”. Skripsi Sarjana
Arkeologi. Depok: Universitas Indonesia.
Heukeun, Adolf. 1989. “Historical
Sites of Jakarta”. Jakarta: Yayasan Cipta Loka Caraka
Rusyanti. 2015. “Kerkhoflaan
Tanahabang Jakarta:Interpretasi Menurut Michel Foucault”. Bandung : Balai Arkeologi
Bandung
Simanjuntak, Harry.T., dkk. 2008. “Metode Penelitian Arkeologi”. Jakarta: Pusat Penelitian Arkeologi
Nasional
Amiranti, Cantika. 2017. “Kisah di Balik Batu Nisan Megah di
Museum Taman Prasasti” dalam laman https://megapolitan.kompas.com/read/2017/02/13/06300031/kisah.di.
balik.batu.nisan.megah.di.museum.taman.prasasti?page=all. Diakses pada 4
Januari 2022
Situs Museum Jakarta. https://www.museumjakarta.com/museum-taman-prasasti/.
Diakses pada 4 Januari 2022
Posting Komentar