Oleh: Hilda Nurmala Risani
Candi merupakan bangunan yang sangat kaya akan nilai dan makna sejarah yang terkandung didalamnya, terutama pada bagian ornamen, relief dan arca yang ada pada sebuah candi. Secara umum candi-candi di wilayah Blitar memiliki relief dan ornamen yang unik serta berbeda dengan candi-candi di Jawa Tengah. Perbedaan ini akibat pengaruh dari Kerajaan Kadiri dan Kerajaan Majapahit. Candi-candi tersebut bercorak Hindu-Budha yang dapat saling melengkapi secara harmonis terutama mengenai desain dari kedua budaya tersebut. Salah satu peninggalan sejarah yang ada di Blitar adalah Candi Sirah Kencong yang bercorak hindu.
Sirah
Kencong berasal dari istilah “Sirah” yang berarti kepala, mata air atau sungai,
sedangkan “Kencong” berasal dari kata Jawa Kuna “Kincang” yang berarti
kerlap-kerlip atau bercahaya. Sehingga Sirah Kencong memiliki arti mata air
yang bersih atau berkilauan (mata air suci). Candi Sirah Kencong ditemukan
sejak tahun 1967. Candi ini berada di Dusun Sirah Kencong, Desa Ngadirejo,
Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar. Selain itu, perlu diketahui juga bahwa candi
ini berada dalam lingkungan perkebunan Teh Sirah, yang merupakan aset milik PT
Perkebunan Nusantara XII.
Struktur
bangunan Candi Sirah Kencong sudah tidak lengkap, tersisa hanya kaki dan tubuh
candi, sedangkan atapnya sudah tidak ada. Candi Sirah Kencong terdiri atas tiga
buah bangunan yang berderet dari arah Utara ke Selatan dengan orientasi
hadap ke Barat. Struktur bangunan pertama berada di sebelah utara,
bangunan kedua berada di tengah, dan bangunan ketiga berada di sebelah selatan.
Jarak antara bangunan pertama, kedua, dan ketiga sekitar setengah meter.
Dinding
badan bagian sebelah timur candi pertama dihiasi dengan relief cerita Bubuksah-Gagangaking.
Kakinya terdiri atas bingkai bawah, tengah, dan atas. Ukuran tinggi bingkai
bagian bawah satu meter, lebar dan panjangnya masing-masing tiga meter yang
terdiri atas pelipit-pelipit baris. Dinding tubuh candi kedua diberi hiasan
relief berwujud ular naga yang kepalanya bertemu di pojok-pojok dinding
tubuhnya. Selain diberi hiasan relief ular naga, juga terdapat relief yang
menggambarkan lima orang laki-laki sedang menyangga seekor ular naga. Dinding
tubuh candi ketiga, mirip yang pertama, baik kaki maupun badan candinya. Hiasan
pada dinding candi terdiri dari relief diantarannya yaitu pertama, bagian barat
berupa relief yang menggambarkan tiga orang raksasa mengenakan gelung yang
bentuknya mencirikan identitas tokoh Bima dalam pewayangan. Pada bagian belakang
ketiga tokoh terlihat gambar pemandangan laut dengan ombak-ombaknya. Kedua,
bagian selatan relief dinding candi menggambarkan dua orang dengan latar
belakang laut. Ketiga, bagian timur relief dinding candi menggambarkan seorang
pendeta yang sedang berhadapan dengan cantriknya. Menurut dugaan adegan relief
tersebut menggambarkan Bima sedang menghadap gurunya Begawan Durna untuk
menanyakan keberadaan tirtamerta.
Daftar
Pustaka:
Sedyawati,
Edi. dkk. (2013). Candi Indonesia Seri Jawa.
Jakarta: Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Direktorat Jenderal
Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Balai
Pelestarian Cagar Budaya Jawa Timur. (2022). Candi Sirah Kencong. Diakses pada
11 November 2023 dari https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjatim/candi-sirah-kencong/.
Posting Komentar