Penulis: Nur
Ramadhani Abdillah
Siapa yang akan meyangka
bahwa bangunan bergaya khas indies, ternyata dahulunya merupakan tempat tinggal
dari Gubernur Jenderal Reinier De Klerk. Ya, bangunan tua yang berlokasi di Jl.
Gajah Mada, Jakarta Pusat ini selalu mencuri pandangan setiap pengendara yang
melewati jalan itu. Bangunan yang kini dikenal sebagai Museum Arsip Nasional
Republik Indonesia, menyimpan banyak sekali catatan historis terkait usia
bangunan yang hampir mencapai 264 tahun tersebut.
Bangunan itu didirikan oleh Gubernur Jenderal VOC Reyner
De Klerk pada tahun 1755 dan rampung pada 1760. Pada masa kolonial sekitar abad
ke-18 M, kawasan Gajah Mada – Hayam Wuruk dikenal sebagai kawasan tempat
tinggal elite di Batavia.
Gambar 1. Kondisi bangunan tampak samping | Foto: Hadi Putra
Melihat dari megahnya bentuk bangunan, menunjukkan gaya
hidup glamor, feodal dan mewah Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, salah satunya
adalah De Klerk. Realitanya pula pendapatan Gubernur Jenderal VOC lebih besar
ketimbang pendapatan para pembesar di Belanda. Itulah sedikit riwayat dari memori
kehidupan pemerintahan kolonial pada masa itu.
Selain difungsikan sebagai tempat tinggal, bangunan ini
juga digunakan untuk melayani tamu yang berurusan langsung dengannya. Setelah De
Klerk meninggal dunia, bangunan ini kemudian beralih fungsi. Pada tahun 1925
gedung ini dijadikan sebagai Lands Archief pemerintah Hindia Belanda.
Pasca kemerdekaan Indonesia gedung ini dijadikan sebagai Arsip Nasional sebelum
dipindahkan ke Jl.Amperan, Pejaten, Jakarta Selatan pada tahun 1974.
Gambar 2. Bagian belakang bangunan | Foto: Hadi Putra
Pada masa pemerintahan Orde
Baru, gedung ini sempat ingin dibongkar, namun hal itu urung dilakukan sebab
para usahawan Belanda mendirikan Stichting Cadeau Indonesia untuk memugar
bangunan tersebut dan menjadikannya sebagai museum sekaligus hadiah bagi
kemerdekaan Indonesia.
Mengenai estetika arsitekturalnya, Sahabat Sigarda akan
dimanjakan dan dibuat kagum oleh ukiran ventilasi pintu yang diukir begitu
indahnya dengan balutan warna keemasan. Langit-langitnya pun tinggi sekitar 3
meteran, dengan ornamen lampu gantung (yang kini hanya sebagai penghias saja).
Lantainya menggunakan marmer berkualitas tinggi. Adapun gedung ini bertingkat
dua. Masih di dalam area bangunan ada sebuah lonceng besar yang menjadi salah
satu ciri khas dari bangunan ini.
Sahabat Sigarda yang dari luar Jakarta namun ingin berkunjung ke bangunan ini dapat diakses melalui Commuterline lalu turun di Stasiun Juanda. Kemudian transit naik Transjakarta dengan rute Transjakarta 10H lalu turun transit di Halte Petojo, seterusnya menyambung rute Transjakarta 3H, dan turun di halte Mangga Besar. Untuk harga tiket masuknya masih terjangkau dan bersahabat.
Posting Komentar